Sabtu, 13 September 2014

Pertama Kali

"Jatuh cinta bisa dengan cara apa saja kan?" Ujar Vella kepada Sita yang malam itu baru saja meninggalkan kantor. Waktu sudah menunjukan lewat sepuluh malam. Entah kenapa di daerah Kasablanka tidak pernah sepi . Kendaraan masih ramai berlalu lalang, begitu juga dengan pejalan kaki.

"Ada yang awalnya teman dekat, lalu sayang. Atau awalnya benci, atau juga di comblangin temen", lanjut Vella. "Seperti kata pepatah kalau terbiasa bersama akan bisa menjadi cinta, atau juga dari benci terus menjadi cinta", lanjutnya lagi.

"Lalu memang bisa hubungan yang seperti itu bertahan lama?", jawab Sita.
"Jadi orang gak boleh pesimis dong Sit. Kalau niatnya baik, akhirnya juga akan baik. Gimanapun awalnya", tegas Vella.

"Jadi gue harus mencoba dulu, supaya tau akhirnya gimana?"

"Hahahaha"

"Loh kok lo ketawa sih Vell?"

"Habis lo lucu, yang kayak gituan masih di tanyain. Kayak anak TK baru kenal pensil warna tau gak"

"Ya kan gue cuma takut salah langkah".

Keduanya tertawa. Baik Vella maupun Sita tau betul kalau sebenarnya Sita sedang mencintai salah satu teman dunia mayanya.

"Kalau tentang hobi, lo lebih suka ngapain aja saat libur kerja gitu?" Pertanyaan Vella memecahkan jeda.
"Kalo gue, mungkin sekedar jalan ke mall, makan, nonton atau hanya tidur dirumah".

"Wah.. Selain itu? Apa lo gak ada niat travel keluar kota atau bahkan keluar negri gitu? Sayang banget. Padahal Sit yang gue tau Indonesia dan dunia itu keren-keren banget. Apalagi kalau lo pergi sama doi"

"Doi?"

"Iya doi. Si Rangga"

"Ah lo Vell, mana mungkin gue ajak dia. Ketemu aja belum pernah"

"Ajak dong ketemu. Kayak yang tadi gue bilang kan jatuh cinta itu bisa dengan cara apa saja"

"Hahahaha"

Lagi-lagi tawa mereka melelehkan macetnya Jakarta yang kala itu sudah larut malam.

Sesampainya di kamar, Sita langsung bergegas ganti baju dan berbaring di kasur merahnya bersprei merah hitam kartun mickey mouse. Tak lama Sita membaringkan tubuhnya. Handphone yang sejak tadi ia taruh di tas berdering amat kencang.

Rangga rupanya yang menelpon.

"Hai, sudah tidur kah?" Tanya Rangga dalam telpon.

"Belum. Baru saja aku membaringkan badan di kasurku. Ada apa ya? Tumben sekali kamu tlp malam-malam gini."

"Emmm ini..... Besok ada acara gak? Kita jalan atau sekedar makan siang bareng yuk. Keberatan gak?" Tanya Rangga lagi di dalam tlp.

"Boleh. Jam 1 siang di caffe Matahari ya"

"Baiklah. Sampai ketemu besok siang nona cantik" rayu Rangga dalam tlp.

Pagi sudah. Tak terasa waktu menunjukan kan sembilan pagi.

"Sitaaaaaaaaaa, ayo keluar. Gue bawakan bubur kesukaan lo nih" teriak Vella yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Sita.

"Iya tunggu", jawab Sita cepat.

Setelah membukakan Vella pintu, Sita langsung sigap mengambil bubur yang dari tadi Vella bawa.

"Enak. Tumben baik" puji Sita kepada Vella pagi itu.

"Bisa aja kalau udah ada makanan", jawab Vella dengan senyum. "Entar anterin gue cari buku yuk", lanjut Vella.

"Yah Vell, bukannya gamau. Tapi gue ada janji sama Rangga", Ujar Sita.
"Itu loh. Rangga yang pas itu comment foto gue di twitter. Yang sering gue ceritain juga ke lo. Semalem tuh dia tlp gue, ngajak ketemu hari ini". Lanjut Sita dengan penuh rasa senang.

"Hati-hati lo di culik", jawab Vella kesal.
"Yaudah lo hati-hati. Jangan cepat percaya, kalo lo di culik. Gue bingung harus cari kemana", lanjut Vella dengan bibir lebih maju lima cm.

"Iya iya Vella sayang".

Haaaaahhhhh.......
Sudah sampai di caffe tempat dimana Sita janjian bertemu Rangga. Dengan satu game menarik di hpnya, Sita sibuk memainkan sambil menunggu Rangga datang yang kala itu dia agak sedikit telat.

"Mau pesan apa kak?". Seorang laki-laki tinggi, berkacamata dan memakai kemeja yang dilipat setengah tangan bertanya. "Ah mana mungkin laki-laki seperti dia menjadi pelayan di caffe ini", pikir gue panjang. Dengan senyumnya. Laki-laki itu menarik bangka yang tepat ada di samping gue dan langsung duduk di bangku itu. Sempat kaget karena ternyata laki-laki itu Rangga.

"Hay" sapa Sita dengan senyum.

"Iya hay. Maaf ya lama. Maklum jauh" jawab Rangga dengan balasan senyum.

Melihat senyum Rangga, Sita pun langsung menemukan kebahagiaan.

"Aku punya sesuatu buat kamu, tadi gak sengaja lewat sih" lanjut Rangga.

"Apa?" Jawab Sita dengan malu.

"Ini, semoga suka ya"

Rangga memberikan Sita sebuah jilbab cantik berkotak-kotak biru hitam.

"Ah terimakasih. Serius buat aku?" Tegas Sita.

"Iya. Buat kamu"

Siang itu begitu membuat Sita bahagia, senyum bahkan tak jarang ketawa kecil sendiri.
Siang itu Rangga melempar canda yang tak jarang Sita terima, bahkan Sita sempat ngambek di buatnya.
Rangga lucu.

Tak ada yang aku lupa semua tentangnya. Mulai dari pertama kali dia berpura-pura sebagai pelayan, dia memberi canda, dia memberi tawa, mengusap tanganku, mencium kepalaku, memeluk kecil tubuhku.Tak ada yang aku lupa semua tentangnya. Mulai dari jam berapa kita bertemu, menu apa yang kamu pilih kala itu, jam berwarna apa yang kamu kenakan, kemeja berwarna aoa yang kamu pakai, dimana kita bertemu bahkan parfum apa yang kamu gunakan. Aku ingat betul, ingat sekali.Bahkan kalau saja ada yang memaksa aku melupakan itu, aku tak akan sanggup.

"Jadi sudah jatuh cinta?" Tanya Vella yang ternyata sudah ada di kamarku sejak tadi.

"Vell. Baru juga gue sampe udah di tanya gitu"

"Gimana orangnya? Keren?"

"Banget. Liat aja dia bisa buat gue segila ini sekali", ucap gue dengan senang.
"Vell, gue kayaknya beneran suka deh".

"Aciye. Habis ini kenalin ya ke gue"

"Siiiiiiiiiiip".


Dua minggu kemudian..

"Selamat pagi, aku sayang kamu" ujar Rangga kepada Sita melalui pesan singkatnya.

"Selamat pagi juga. Tak berkurang sedikitpun rasaku kepadamu hari ini. Aku juga sayang kamu". Balas Sita.


Banyak mimpi yang mungkin sudah ku bangun 
untuk kedepanya diriku. 
Banyak asa yang mungkin ku rajut untuk laki-laki kelak yang mendampingiku.
Sudah jelas ku rasa, Rangga orangnya.

Semakin hari rasa semakin menggebu, menjadikan rindu semakin memaksa untuk segera bertemu, rasa itu semakin lama semakin kuat. Semakin lama semakin tumbuh.

Mungkin aku bukan wanita pertama yang kamu cinta. Tapi aku berharap aku bisa jadi yang terakhir.
 Aku sayang kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar