Selasa, 07 Oktober 2014

Aku merasa hubungan kita beda, atau entah aku yang merasa berbeda. Semakin lama rinduku semakin kuat, padahal baru saja kita bertemu. Entah ini rindu tak bertemu atau sekedar perhatian yang di berikan di dalam chattingmu.
Sayang, dalam menaruh rindu kamu juaranya. Aku selalu khawatir memikirkanmu, melihat kamu berganti foto profil bbmmu dan terus berganti status tanpa sadar aku melihatnya dan mengharapkan kamu memberi kabar ke aku, sekedar kata "hai" saja. Aku menunggunya.
Sayang, dalam rindu kamu seperti air yang sudah terlalu penuh ditaruh wadah, tak tersimpan lagi. Sudah sangat penuh, hingga aku bingung mau di taruh dimana rindu ini.

Lagi-lagi, kamu hadir dalam harapku. Aku yang terus mengharapkanmu. Mungkin aku yang terlalu mencintaimu.
Aku kangen.........................

Kamu bukan alarm buatku, mas.
Tapi mengapa kamu selalu bbm aku "jangan lupa makan ya". Cuma kata-kata itu. Iya. Cuma itu setiap harinya.

Entah mau cerita sama siapa, rasa yang aku rasa seperti gak karuan. Entah kangen, kesel, marah atau apa....
Cuma bisa nangis, nangis tanpa adanya rasa yg berkurang...
Masih sama, hati tak karuan :'(

Senin, 22 September 2014

Kamu.

Kamu bagaikan angin yang terus berhembus.
Kamu bagaikan pelangi yang terus memberikan warna.
Kamu bagaikan hadiah yang selalu memberiku kebahagiaan.
Kamu bagaikan bintang yang terus bersinar.


Kamu adalah raja, yang selalu menjadikanku ratu.
Kamu adalah mahkota yang sangat berarti dalam hidupku.
Kamu baikan jantung, yang aku tak bisa apa-apa tanpa dirimu.
Kamu baikkan aku, mencinta tak bernah berujung.

Kamu teristimewa, apapun yang kamu lakukan adalah benar.
Kamu teristimewa, apapun yang kamu ucapkan aku selalu percaya.
Kamu teristimewa, apapun yang kamu janjikan akan ku terima dengan baik.
Kamu teristimewa, dihatiku, dihidupku, kemarin, sekarang, besok dan selamanya.


Aku mencintaimu seperti air yang terus mengalir di sungai, tak pernah berakhir.
Aku membutuhkanmu sepetri aku tubuh yang sangat membutuhkan nadi, adamu aku hidup dan tanpamu aku mati.
Aku merindukanmu seperti langit yang tak lagi bertemu bintang, terasa hambar.
Aku memilikimu jauh lebih indah daripada aku memiliki segudang berlian.
Aku mencintaimu, selamanya.

Selasa, 16 September 2014

Move on?

"Cinta tak harus memiliki" katanya. Tapi bullshit banget kalau benar adanya seseorang mudah mengikhlaskan pujaannya yang sejak lama ia sayang, ia tunggu, atau ia sempat miliki berpindah ke oranglain. Memang, nggak jarang kok yang cinta hanya pada satu sisi aja. Udah capek-capek perhatian, ngejaga sikap, ngajak makan, bikin happy terus tiba-tiba pas ngutarain sayang di anggapnya temen doang.

"Kalau dia bahagia, gue juga bahagia kok". Ada lagi yang lebih bullshit dari kata sebelumnya. Bahagia sama pura-pura bahagia tuh beda banget, tapi bisa sama dilihat kalau sama pasangan yang tiba-tiba ninggalin lo seenaknya. Kadang, lo udah capek-capek buat move on. Dia datang dengan nanya kabar "hai apa kabar kamu, udah lama ya kita gak ketemu". Lo bales "baik-baik aja kok, iya ya :)" gitu sih. Tapi tampang lo kalo di hadapin sama kaca udah kayak panci goceng buat rebus air, kucel banget.

Dan gue yakin, saat lo bilang kalimat "gue bahagia kalau dia bahagia" itu dalam keadaan yang nggak bahagia banget. True?

"Gue rumahnya kok, entar juga balik ke gue lagi". Kalau lo bilang gini. Mario Teguh pernah bilang "Pergilah yang jauh biar kangen pulang". Dan kalau hati orang yang lo sayang udah pergi jauh, menghilang bahkan lupa pulang. Apa dia akan balik kerumah? "Nggak akan ada yang betah terlalu lama pergi ninggalin rumah". Tapi, kalau dia sudah beli rumah baru, lebih nyaman seru menurut dia. Rumah lama bisa apa?

Jangan perjuangkan
dia yang
memperjuangkan
oranglain.

Balik ke move on.
Nggak butuh waktu lama buat move on, kadang menurut gue move on bukan di ukur dengan waktu. Tapi dengan siapa kita bisa taruh rasa nyaman. Mungkin yang deketin banyak, yang ganteng banyak, tapi yang bikin nyaman dengan caranya sendiri yang susah. Kadang gue perlu waktu sebulan buat tau dia pantes buat gue apa enggak, yaps. Dengan gimana dia buat gue ngerasa nyaman. Kalau dari awal gue risih, mending tinggalin dari awal.

Pacaran gak cuma jadian-ngambek-putus-move on. Tapi pacaran bisanya ngejaga. Biar nggak rusak hubungannya, apalagi move on seenaknya.

Gue pribadi pernah baca quote di Path "udah disakitin masih aja berdiri tegap, situ Mike Tyson?". Pas baca ini gue ajak sedikit senyum sambil mikir. Kadang yang buat kita berdiri tegak bukan sekedar dari orangnya itu sendiri melainkan dari kenangannya.

Memulai dengan orang yang baru,  membangun kisah-kisah juga mimpi yang baru dengan orang yang baru itu emang gak gampang. Apalagi kalau mantan lo udah di kenal sama seluruh keluarga lo. Pas lo putus sama doi, lo dateng ke acara keluarga ketemu semua keluarga lo, hebat. Satu pertanyaan yang di ajukan sama lo "kenapa putus sama doi?" Ngerusak mood banget gilak.

Kadang udah move on, baru dua bulan di tinggal lagi. Move on lagi, di tinggal lagi. Gitu terus malah buat gue mikir, gue nggak beres. Tapi alhamdulillah sih ya jangan sampai kayak gitu.

Lo udah coba move on, terus pas bulan ke lima masa move on, lo udah sedikit agak lupa. Iseng buka2 facebook cari foto lama lo, eh liat foto lo sama doi. Keinget lagi, galau lagi. 90% lo move on di awal hilang gitu aja. Capek :(

Gagal move on juga kadang bikin lo celaka, lo lagi asik nyetir motor dengan pake headset di kuping dan ngeplay lagu. Tiba-tiba keplay lagu romantis yang pernah dia kasih ke lo. Itu sumpah rasanya jadi kayak lagu terburuk di kuping gue, lebih lebih kalau lo denger voice note dia yang bilang "i love you" buat lo tiba-tiba nabrak truk yang ada di depan lo.

Move on dilihat 
bukan dari beberapa 
lama dia kenal orang baru, 
tapi berapa bisa orang 
baru buat dia nyaman.

Sabtu, 13 September 2014

Pertama Kali

"Jatuh cinta bisa dengan cara apa saja kan?" Ujar Vella kepada Sita yang malam itu baru saja meninggalkan kantor. Waktu sudah menunjukan lewat sepuluh malam. Entah kenapa di daerah Kasablanka tidak pernah sepi . Kendaraan masih ramai berlalu lalang, begitu juga dengan pejalan kaki.

"Ada yang awalnya teman dekat, lalu sayang. Atau awalnya benci, atau juga di comblangin temen", lanjut Vella. "Seperti kata pepatah kalau terbiasa bersama akan bisa menjadi cinta, atau juga dari benci terus menjadi cinta", lanjutnya lagi.

"Lalu memang bisa hubungan yang seperti itu bertahan lama?", jawab Sita.
"Jadi orang gak boleh pesimis dong Sit. Kalau niatnya baik, akhirnya juga akan baik. Gimanapun awalnya", tegas Vella.

"Jadi gue harus mencoba dulu, supaya tau akhirnya gimana?"

"Hahahaha"

"Loh kok lo ketawa sih Vell?"

"Habis lo lucu, yang kayak gituan masih di tanyain. Kayak anak TK baru kenal pensil warna tau gak"

"Ya kan gue cuma takut salah langkah".

Keduanya tertawa. Baik Vella maupun Sita tau betul kalau sebenarnya Sita sedang mencintai salah satu teman dunia mayanya.

"Kalau tentang hobi, lo lebih suka ngapain aja saat libur kerja gitu?" Pertanyaan Vella memecahkan jeda.
"Kalo gue, mungkin sekedar jalan ke mall, makan, nonton atau hanya tidur dirumah".

"Wah.. Selain itu? Apa lo gak ada niat travel keluar kota atau bahkan keluar negri gitu? Sayang banget. Padahal Sit yang gue tau Indonesia dan dunia itu keren-keren banget. Apalagi kalau lo pergi sama doi"

"Doi?"

"Iya doi. Si Rangga"

"Ah lo Vell, mana mungkin gue ajak dia. Ketemu aja belum pernah"

"Ajak dong ketemu. Kayak yang tadi gue bilang kan jatuh cinta itu bisa dengan cara apa saja"

"Hahahaha"

Lagi-lagi tawa mereka melelehkan macetnya Jakarta yang kala itu sudah larut malam.

Sesampainya di kamar, Sita langsung bergegas ganti baju dan berbaring di kasur merahnya bersprei merah hitam kartun mickey mouse. Tak lama Sita membaringkan tubuhnya. Handphone yang sejak tadi ia taruh di tas berdering amat kencang.

Rangga rupanya yang menelpon.

"Hai, sudah tidur kah?" Tanya Rangga dalam telpon.

"Belum. Baru saja aku membaringkan badan di kasurku. Ada apa ya? Tumben sekali kamu tlp malam-malam gini."

"Emmm ini..... Besok ada acara gak? Kita jalan atau sekedar makan siang bareng yuk. Keberatan gak?" Tanya Rangga lagi di dalam tlp.

"Boleh. Jam 1 siang di caffe Matahari ya"

"Baiklah. Sampai ketemu besok siang nona cantik" rayu Rangga dalam tlp.

Pagi sudah. Tak terasa waktu menunjukan kan sembilan pagi.

"Sitaaaaaaaaaa, ayo keluar. Gue bawakan bubur kesukaan lo nih" teriak Vella yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Sita.

"Iya tunggu", jawab Sita cepat.

Setelah membukakan Vella pintu, Sita langsung sigap mengambil bubur yang dari tadi Vella bawa.

"Enak. Tumben baik" puji Sita kepada Vella pagi itu.

"Bisa aja kalau udah ada makanan", jawab Vella dengan senyum. "Entar anterin gue cari buku yuk", lanjut Vella.

"Yah Vell, bukannya gamau. Tapi gue ada janji sama Rangga", Ujar Sita.
"Itu loh. Rangga yang pas itu comment foto gue di twitter. Yang sering gue ceritain juga ke lo. Semalem tuh dia tlp gue, ngajak ketemu hari ini". Lanjut Sita dengan penuh rasa senang.

"Hati-hati lo di culik", jawab Vella kesal.
"Yaudah lo hati-hati. Jangan cepat percaya, kalo lo di culik. Gue bingung harus cari kemana", lanjut Vella dengan bibir lebih maju lima cm.

"Iya iya Vella sayang".

Haaaaahhhhh.......
Sudah sampai di caffe tempat dimana Sita janjian bertemu Rangga. Dengan satu game menarik di hpnya, Sita sibuk memainkan sambil menunggu Rangga datang yang kala itu dia agak sedikit telat.

"Mau pesan apa kak?". Seorang laki-laki tinggi, berkacamata dan memakai kemeja yang dilipat setengah tangan bertanya. "Ah mana mungkin laki-laki seperti dia menjadi pelayan di caffe ini", pikir gue panjang. Dengan senyumnya. Laki-laki itu menarik bangka yang tepat ada di samping gue dan langsung duduk di bangku itu. Sempat kaget karena ternyata laki-laki itu Rangga.

"Hay" sapa Sita dengan senyum.

"Iya hay. Maaf ya lama. Maklum jauh" jawab Rangga dengan balasan senyum.

Melihat senyum Rangga, Sita pun langsung menemukan kebahagiaan.

"Aku punya sesuatu buat kamu, tadi gak sengaja lewat sih" lanjut Rangga.

"Apa?" Jawab Sita dengan malu.

"Ini, semoga suka ya"

Rangga memberikan Sita sebuah jilbab cantik berkotak-kotak biru hitam.

"Ah terimakasih. Serius buat aku?" Tegas Sita.

"Iya. Buat kamu"

Siang itu begitu membuat Sita bahagia, senyum bahkan tak jarang ketawa kecil sendiri.
Siang itu Rangga melempar canda yang tak jarang Sita terima, bahkan Sita sempat ngambek di buatnya.
Rangga lucu.

Tak ada yang aku lupa semua tentangnya. Mulai dari pertama kali dia berpura-pura sebagai pelayan, dia memberi canda, dia memberi tawa, mengusap tanganku, mencium kepalaku, memeluk kecil tubuhku.Tak ada yang aku lupa semua tentangnya. Mulai dari jam berapa kita bertemu, menu apa yang kamu pilih kala itu, jam berwarna apa yang kamu kenakan, kemeja berwarna aoa yang kamu pakai, dimana kita bertemu bahkan parfum apa yang kamu gunakan. Aku ingat betul, ingat sekali.Bahkan kalau saja ada yang memaksa aku melupakan itu, aku tak akan sanggup.

"Jadi sudah jatuh cinta?" Tanya Vella yang ternyata sudah ada di kamarku sejak tadi.

"Vell. Baru juga gue sampe udah di tanya gitu"

"Gimana orangnya? Keren?"

"Banget. Liat aja dia bisa buat gue segila ini sekali", ucap gue dengan senang.
"Vell, gue kayaknya beneran suka deh".

"Aciye. Habis ini kenalin ya ke gue"

"Siiiiiiiiiiip".


Dua minggu kemudian..

"Selamat pagi, aku sayang kamu" ujar Rangga kepada Sita melalui pesan singkatnya.

"Selamat pagi juga. Tak berkurang sedikitpun rasaku kepadamu hari ini. Aku juga sayang kamu". Balas Sita.


Banyak mimpi yang mungkin sudah ku bangun 
untuk kedepanya diriku. 
Banyak asa yang mungkin ku rajut untuk laki-laki kelak yang mendampingiku.
Sudah jelas ku rasa, Rangga orangnya.

Semakin hari rasa semakin menggebu, menjadikan rindu semakin memaksa untuk segera bertemu, rasa itu semakin lama semakin kuat. Semakin lama semakin tumbuh.

Mungkin aku bukan wanita pertama yang kamu cinta. Tapi aku berharap aku bisa jadi yang terakhir.
 Aku sayang kamu.

Mungkin kita seperti celana jeans yang kekecilan.

Terlalu sakit untuk meninggalkan, namun terlalu berharap untuk melanjutkan. Apakah kita sebuah celana jeans yang kekecilan? Memaksa memakainya, walau muat tapi terasa sakit kalau di paksakan.
Apa kita seperti celana jeans yang kekecilan? Mungkin indah dilihat orang lain, tapi tidak dengan kita yang memakainya.
Apa sebuah celana yang terlalu sempit bisa membuat kita terasa nyaman? Sayang. Aku tidak akan ikhlas melepasnya. Karena terlalu sayang. :'(